Daniel membuka mulut
lebar-lebar, bukan karena kapal kecil penuntunnya punya gambar bendera
tengkorak sedang bergaya silangkan lengan, entah kenapa…banyak sekoci yang
berlalu lalang sekitar dermaga. Ada sekoci yang menerbangkan sekumpulan petasan
desis warna hijau (petasan terbangnya menyemburatkan pijar-pijar api berbentuk
tengkorak pamer tulang lengan), ada lima sekoci di kanan dermaga yang saling
berkejaran melompat-lompat bagai katak…seperti melakukan pacuan (Daniel heran
kenapa lima sekoci itu bisa melompat-lompat juga), ada sekoci berisi dua
manusia aneh dewasa berwajah penyu serta berkulit hijau yang sengaja pakai gaun
pengantin (puluhan bocah menerbangkan petasan desis ke bagian atas sekocinya
dan petasan itu meledak mengeluarkan lendir-lendir telur penyu yang membasahi
dua pengantin manusia setengah penyunya) dan ada juga sekoci yang dua penumpang
ciliknya tengah sibuk memasukkan satu kabut tebal ke dalam sebuah botol kaca
kecil!
Mata makin melotot kuat-kuat, sosok Tibiamus
dan Oliver Bragg yang mengapit dirinya diujung haluan tidak digubrisnya, ia
bahkan menyaksikan puluhan sekoci yang mengelilingi satu kapal besar tanpa
anjungan di depan dermaga…berjarak sekitar seratus yard depan dermaga, kapal
itu dihiasi banyak bendera hitam bergambar tengkorak yang mengacungkan tulang
jari manis, jari telunjuk dan tulang jempol kiri.........................................................................................................................
Beberapa penumpang cilik
puluhan sekoci mau berdiri ikut bernyanyi sambil memegang payung kulit
ubur-ubur, seakan mengagumi lagu aneh seraknya yang bahkan mungkin terdengar
dari jarak tiga ratus yard, begitu menurut Daniel.
“JEMPOL MONYET! Aku lupa!
Konser Sirvana malam ini! La
Portsoy! Tiket pasti sudah terjual habis, sial!” Oliver Bragg berteriak kesal
menyalahkan lalu tergopoh-gopoh perintahkan tiga kelasi Valtra agar menurunkan
satu sekoci darurat.
Tibiamus dan Daniel hanya bisa
pandangi kelakuannya sembari menutup telinga, suara musik sangat gaduh, para
kru kapal ikut menyanyi menggoyangkan bahu ke kiri dan ke kanan termasuk
Revilla serta Dozetti di anjungan, banyak obor maupun lampu minyak yang
menerangi suasana meriah dermaga maupun acara konser musiknya.
“Apa yang kalian tunggu…ikut
aku!” ia menambahkan dengan satu isyarat tangan, sang pimpinan kapal malah
membiarkan Bragg pergi melihat keramaian dari dekat.
“Konser? Sirvana? Kupikir ini
bukan konser musik! Ini pelecehan musik!” terang Daniel kaku, coba hilangkan
keterkejutan, perlahan menuruni tangga tali. Bragg telah berada di sekoci dan
sepupu Tibiamus itu menolak ajakan satu sekoci dermaga yang ajak dia ikut geng
ngebut.............................
“Mermyth itu…perempuan
setengah ikan duyung, ada juga Myrtheos…laki-laki duyung, keduanya dilarang
ikut pergaulan Karibia karena bisa menyihir jahat, tidak seperti Mr. Olden, Barbeq
setengah ular atau Reckon setengah penyu yang hebat olah ramuan…yang boleh ikut
pergaulan kita karena tidak macam-macam!” ujar Bragg keras sambil menyalami
seorang bocah mungil berambut keriting merah yang membuka topi segitiga berhias
bulu gagak di sekocinya, dekat ujung haluan kapal konser musik, bocah itu punya
deretan gigi berhias tato bergambar jangkar.
“Salam Corsair, Mr. Beaufort!
Masih ada tiket nontonnya?” Bragg berbadan besar menambahkan, setengah
berharap.
“Salam Corsair, Big Bragg.
Aduh, maaf…tiket terusan malam ini sudah habis terjual! Maaf, Anda tidak bisa
dapat bonus Porterouse Melamun Sirvana dua belas lagu. Tenang, tenang…karena
Anda adalah Corsair yang pernah tiga kali juara cabut bulu kalkun, saya pasti
akan mencarikan jalan lain…tapi, nanti saja ya…atau…Anda mau temui Corsair pemasaran
kami…Mr. Maine…sedang asyik minum Scuba(14)
dan lihat penari Scuba-nya di kapal Mr. Brunswick, tuh di sana…ingat, bilang
sama dia kalau kata kuncinya adalah ceramah anak nyamuk betina…” seusai berkata
setengah berbisik, Beaufort memalingkan wajah dan menatap satu kapal besar lain
di kejauhan kiri kapal konser musik laut, sebuah kapal yang penuh hiasan
tengkorak kepala manusia!
“Jangan! Jangan, Bragg! Aku
tidak mau ke sana! Kau kan sudah bisa lihat konsernya dari dekat! Untuk apa
cari tiketnya dan minta Porterouse-Melamun itu!” Tibiamus mengingatkan,
pegang-pegang pundak Bragg dari belakang, Tib yang postur tubuhnya lebih tinggi
dari Daniel sedikit ketakutan karena menatap kapal tengkorak manusia mengerikan.
Lamat-lamat Daniel melihat dua sekoci geng ngebut yang kena tilang, satu kapal kecil
patroli dermaga langsung meminta dua sekoci itu berhenti karena melewati batas
kecepatan berlayar malam yang diizinkan dan pelakunya kena denda maksimal
setengah drum bubuk mesiu....................................................................................................................
“BAJINGAN! KETIAK BISON! KUDA
LAUT JERAWATAN! AWAS KALIAN! Biar, biarkan saja…kumohon, Dan…sekarang bukan
saat yang tepat untuk banyak bertanya! Nah, kita sampai…” seusai menjerit marah
karena perlakuan sekoci ngebut, Bragg yang wajahnya terkesan garang bangkit dan
menambatkan tali sekoci pada gantungan paku besar di tepian kapal penuh hiasan
tengkorak, Bragg memadamkan dua lampu minyak sekoci karena pantai sudah penuh
oleh penerangan pijar api petasan yang tak henti-hentinya ditembakkan, seorang
kelasi cilik kapal aneh segera mengulurkan tangga tali dan meminta bea masuk
menonton pertunjukan Penari Scuba.
“Luar biasa, semuanya…bocah
lelaki…tidak ada…dewasa…” Tibiamus bergumam sambil belalakkan mata sayunya
kearah dermaga, dia ikut dua rekan memanjat tangga tali dan tidak sadar kalau
satu sekoci liar telah berlayar cepat didekatnya. Penumpang sekoci geng ngebut
itu tertarik lihat Tib dan segera menerbangkan satu petasan telur kearahnya,
petasan yang isinya telur penyu itu meledak ketika berada di atas kepala Tib dan
menyemburatkan banyak lendir telur ke wajah).
“Tunggu saja, Richmoud!
Kubalas kau di dermaga!” teriak Bragg marah, acungkan Cutlass tinggi-tinggi,
tidak terima kalau sepupunya diperlakukan semena-semena. Perlahan tiga bocah langsung
berjalan pelan ke tangga palka kapal tengkorak (seorang kelasi bersedia
mengguyur tubuh Tib dengan air supaya tubuhnya bersih dari lendir telur penyu),
ada dua kelasi yang berdiri di undakan tangga pertama…selain beberapa anak buah
kapal yang hilir mudik di haluan melakukan tugas-tugas kelasi.
“Wah, Big Bragg! Pimpinan
Buritan Valtra! Sang juara cabut bulu kalkun Karibia! Tidak…biasanya…” tukas
satu penjaga cilik penuh haru, kepalanya botak dan ukuran badan menyaingi tubuh
Bragg, dia punya jenggot hitam pendek yang dijalin tiga, dia terus-terusan minum
Scuba-nya sambil memegang Wheel-Lock (Daniel lagi-lagi terperangah lihat
jenggotnya)........................
Daniel beberapa kali hampir
terjerembab karena salah langkah, kepalanya berputar-putar kearah kiri dan kanan,
suasana ruang palka yang gaduh membuatnya makin bingung. Dimana-mana banyak
buih udara yang beterbangan, beberapa anak mencoba menembak buih udaranya
dengan peluru anggur, yang lain berkejaran di antara tiga undakan tangga ruang
palka sambil mengacungkan Cutlass ke arah teman jahilnya, semuanya serba gaduh.
Lebih lanjut ia memandangi
ruang palka paling bawah, di sana ada panggung kecil tempat segelintir bocah
memainkan alat musik drum kayu berikut gitar yang juga berbahan kayu biasa,
panggungnya tepat berada di bawah haluan kapal, tiga Penari Scuba mau susah-payah
menari ikuti irama sambil mengelus tiga tiang berlumur minyak di atas panggung,
sesekali penari gundul berkulit hijaunya berputar-putar di tiang panggung
supaya kelihatan lebih seksi!
Oliver Bragg mengajak mereka
terus menuruni tangga sampai ke tingkat yang paling bawah, Bragg tidak
menemukan sosok belia yang tengah dicarinya, Bragg sekarang memutar pandangan
ke arah drum-drum kayu di depan panggung tempat para Corsair duduk menikmati
acara kapalnya, namun Bragg masih belum menemukan Corsair Pemasaran tiket
Sirvana. Beruntung sekelompok bocah yang berkumpul di arah kanan, yang ada meja
sangat panjang tempat minum kapalnya berada…telah menjadikan Bragg bergegas
melangkahkan boot, wajahnya gembira begitu menatap satu bocah kurus yang
memakai anting-anting mata hiu, bocah itu berkumpul bersama teman-temannya, ia
sedang memaksa satu penari agar mau mengunyah lilin berbentuk belalai gajah, banyak
lampu minyak yang digantungkan di mana-mana.....................................................................................................
“Baguslah ya, coba saja ada
Corsair yang bisa sajak, ya…pasti ada Mermyth yang ikut dia, ya…coba-coba
perdalam kemampuan sihirnya, ya…aku tidak ingin lihat ada bocah yang kena cium…”
kata-kata Vendetta putus seketika, dia tidak bisa akhiri kalimat dengan kata
“ya” seperti biasa karena Bragg yang wajah bengisnya makin semburat ceria segera
menarik lengan dua rekan.
“Ayo pergi! Terima kasih Mr. Maine! Cepat, habiskan Porterouse kalian!
Maaf, Vendetta…kami harus pergi…”
“Akhirnya…kau dapat
Porterouse-melamun dua belas lagu Sirvana?” tanya Tib sambil setengah berlari,
beberapa peluru anggur nyasar terbang diatas kepala, empat Corsair pengunjung
sedang mencoba menembak sekumpulan gelembung udara yang dikeluarkan dari mulut
para Penari Scuba.
“Tentu saja! Tapi harus temui
anak buahnya dulu di dermaga, terus bilang kata sandi dan aku bisa dapatkan
keinginan setelah bayar setengah harga. Cepat, ada Corsair yang bilang kalau
acara pelantikan kelasi baru akan dimulai!” Bragg berkata terengah-engah
menaiki tiga undakan tangga palka, Daniel sedikit kesal…ia bahkan baru sempat
bertanya dua atau tiga pertanyaan pada Vendetta.
Ketiganya langsung naik
sekoci, mengayunkan pendayung dan memacu pelayaran perahu kecil ke arah
dermaga, meninggalkan kapal penuh hiasan tengkoraknya yang sekarang telah
didekati banyak kabut putih tebal berbentuk ibu-ibu gendut…makin terlihat
mengerikan! Banyak sekoci ngebut yang kena tilang menjelang pagi buta, kumpulan
sekocinya memang gila-gilaan melompat di atas air tanpa didayung (dua tiga
sekoci juga ada yang didorong kabut kecil aneh), kata Bragg…mereka bertaruh
pacuan karena memperebutkan musket model kuno semacam Worchester dan senapan
lama jenis Crozert yang bergagang perak, dua jenis senjata lain yang
menggunakan peluru anggur rekomendasi Port Lion di Nassau, Bahama................................................................................................................
“Tidak salah! Panitia pasti
tidak mau kejadian seminggu yang lalu terulang lagi. Kau ingat…Faversham dari
Torchion tertangkap basah makan kepiting-sungut-jenggot Havana mentah-mentah…”
“Wah! Darimana lidahmu dapat
informasi?”
“Aku menonton pertandingannya
di Great Abaco! Aku tidak salah lihat! Gosipnya, Faversham lupa makan sebelum
balapan! Makanya, Torchion Boat Club tidak dapat skor karena kepiting
tangkapannya habis dikunyah!”
“Kau menghina jagoanku, Chop!
Faversham tidak suka kepiting! Faversham benci kepiting, dia lebih suka lidah
camar goreng daripada kepiting!
“Terserah, kalau tidak
percaya, mari kita tanya panitia!”
Daripada kepalanya
berputar-putar tak menentu karena lihat keanehan di sekitar, Daniel lebih suka
mendengar percakapan dua Corsair lusuh bercelana setinggi lutut yang duduk
mesra di atas dua drum kayu depan goa penjual manik-manik rambut berbahan
kacang. Lebih lanjut, ia bertanya kepada Oliver Bragg tentang maksud percakapan
dua Corsair itu. Bragg yang nafasnya berbunyi menakutkan ketika melihat seorang
bocah yang sedang membuat gambar tato burung pelikan di lutut temannya di kejauhan…mau
menjelaskan bahwa Cormorant, Worchester United, Torchion, Seazzard dan Shifty
Shad adalah nama-nama geng sekoci yang ikut kompetisi balapan resmi Corsair
Britania. Ada lima belas geng sekoci resmi yang bersaing memperebutkan tiga tempat
teratas agar bisa ikut Golden Crown League (biasanya disebut Gee-Cee-El atau nama gaul Corsairnya Giselle saja, ujar Bragg bangga),
kompetisi internasional balapan sekoci Corsair Dunia Baru, artinya…tiga klub
sekoci Britania teratas berhak berkompetisi dengan peserta balapan sekoci dari
Perancis, Spanyol, Italia, Portugis dan kerajaan lain................................................................................................................................................
Tidak ada komentar:
Posting Komentar